Kamis, 19 Januari 2012

Bahasa Temanggungan yang saya sering dengar

Mencari tema tentang bahasa daerah asli yang sering saya dengar di kabupaten Temanggung yang berbeda dengan kabupaten lainnya di provinsi Jawa Tengah, Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja (kraton) dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa yang ada di Jawa Tengah namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal, dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedangkan Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek, daerah tersebut adalah Pekalongan dan Kedu.
Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah :

1.     dialek Pekalongan
2.     dialek Kedu (Temanggung dan Magelang)
3.     dialek Bagelen (Purworejo dan Kebumen) (mirip bahasa Kedu dan Banyumasan)
4.     dialek Semarang
5.     dialek Pantai Utara bagian Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
6.     dialek Blora
7.     dialek Surakarta (kraton)
8.     dialek Yogyakarta (kraton)
9.     dialek Madiun
10.  dialek Banyumasan (Ngapak)
11.  dialek Tegal-Brebes

Dari berbagai macam bahasa yang ada di Jawa Tengah, saya ingin membahas bahasa yang berlaku di kabupaten Temanggung yang biasanya sering didengar dalam kehidupan sehari-hari melalui pengamatan pembicaraan warga Temanggung.
Bahasa daerah Temanggungan pada dasarnya adalah bahasa khas Parakan, di Temanggung sendiri sebenarnya banyak dipengaruhi dialek Mataram Jogja, namun makin kearah barat dari wilayah Temanggung sampai di Parakan mulai terpengaruh logat Banyumasan, hampir sama bahasanya namun tidak sampai medhok seperti Banyumasan asli,  misalnya kata ganti orang pertama tunggal “aku“ diucapkan “nyong“,  kamu dengan “dé’é“ sedangkan di Banyumas “déké“,  cuma beda pada gaya pengucapan dan penekanan intonasinya,  orang Temanggung mengucapkan  kata Parakan dengan Parakang.
Mayoritas penduduk menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Penggunaan strata (Krama - Ngoko) dalam bahasa juga masih sering dipraktekkan. Dialek Jawa di Parakan tidak jauh berbeda dengan dialek mataram yang merupakan prosentase terbesar dialek bahasa Jawa di Jawa Tengah. Meski demikian, dialek Banyumasan mulai mencampur dalam dialek Parakan. Yang paling kentara adalah penggunaan "nyong" sebagai kata ganti orang pertama tunggal, yang serupa dengan dialek Banyumasan. Beberapa kata bahkan muncul sebagai ciri dialek yang tidak dapat ditemui pada dialek bahasa Jawa lainnya. Misalnya kata "jotek" yang sinonim artinya dengan kata "emoh" (tidak mau) dalam dialek bahasa Jawa lainnya.
Anak muda Temanggung kini sudah jarang yang menggunakan bahasa khas ini, mereka lebih banyak menggunakan bahasa gaul Jakartenan (ala Jakarte), namun di Parakan atau di pedesaan lereng Sindoro–Sumbing masih banyak dijumpai percakapan yang menggunakan dialek khas Berikut ini sebagai contoh logat kecil bahasa daerah Temanggungan seperti:

§         arek                        = mau/ akan
§         boek                       = kaos kaki
§         de'e (kasar)             = kamu (tidak dianjurkan orang lebih muda kepada orang yang lebih tua)
§         gage / gekndang      = ayo cepat / bergegas
§         ha-njuk                   = lalu
§         kambek                   = bersama
§         koplak                     = gila, tidak masuk akal (kasar)
§         luweh                     = terserah
§         mbuh/mberuh          = tidak tahu
§         nana/nono               = tidak ada
§         ndais                       = sukurin
§         ndak                       = apakah
§         ndak iyo?                = apa benar?
§         rempon                   = ngrumpi
§         samang (halus)        = kamu atau lebih halus lagi “panjenengan”/njenengan
§         to               = to adalah akhiran kata yang ada dalam kalimat. contohnya"opo to, angel to, modar to, koplak to.
(wkwkwkwk... jangan emosi ya...)

Kata -kata berikut merupakan ungkapan kasar yang tidak baik (ora ilok) (mboten angsal (tidak boleh)), biasanya diungkapkan ketika sedang kesal/marah, antara lain:
§         jidor (kasar)            = sukurin / rasakan akibatnya / biarin
§         modar (kasar)         = mati kau!,mati,sukurin
§         ndasmu (kasar)       = kepalamu,ah kamu ini
§         cocote (kasar)         = mulutmu
§         sikak (kasar)           = bulu di antara dubur,bajingan
§         “Teyeng” = bisa.. penggunaannya begini “eNyong ora teyeng nek koyo ngono”, artinya, “Saya tidak bisa jika seperti itu”
§         “Mayar” = mudah “Ah, ha yo mayar nek koyo ngene kiye”, “Ah, gampang kalo seperti ini”
§         “Gandem” = keren abis.. sampai-sampai di Parakan ada rumah makan Gandem,, bahasa ini, entah ada atau tidak di tempat lain, tapi ketika saya bicara dengan orang Jawa yang lain, mereka kurang mengerti dengan arti kata Gandem ini.
Logat “Ha”.. coba saja anda bertemu dengan beberapa orang temanggung, biasanya mereka akan memulai sebuah kalimat dengan kata “Ha”.. “Ha iyo” “Ha ora” “Ha mberuh” “Ha ndak ho’o??”
“Nda’an”.. kata-kata ini, saya ingat sempat heboh di SMA ketika kami kelas satu, ada drama yang dimainkan kelas XII.. nda’an berarti sebuah ungkapan untuk meyakinkan.. “kamu udah makan nda’an??”.. kurang lebih bermakna, “kami udah makan kan?”
“Njuk”.. yang berarti terus..atau lanjut.. “Bar nangis njuk ngguyu..” “Habis menangis, terus tertawa”
mmm.. masih banyak lagi bahasa daerah saya yang bikin kangen,, untuk sementara, ini dulu yak,,
mberuh = ga tau. klo bahasa jawa biasanya cuman kata ‘mbuh’ aja. khusus Temanggung tu ‘mberuh’ , singkatan dari ‘mbuh ora weruh’ [=ga tau ga liat]
gigal/gigol = jatuh.
saman [klo yang lebih 'ndeso akhirannya 'ng' jadi 'samang'] = kamu. lebih sopan dari de’e. singkatan dari ‘sampean‘ ‘dekning’.
kiye=ini. ya banyak sih yang pake ‘iki’, tapi klo Temanggungan biasanya ‘kiye’
trus yang paling khas dari aksen Temanggungan itu adalah penambahan ‘ha’pada awal kata dalam sebuh kalimat buat penguat.
contoh:

  • “hakok?” =[tambahan 'ha' plus kok?]
  • “hamberuh”
  • “ha njuk pie?” = trus gimana?

Dari segi bahasa yang paling khas dari ‘boso Temanggung’ yang sangat membedakan dari bahasa jawa umum bahkan beda dari aksen Magelang-Wonosobo-Semarang yang sebelahan ma Temanggung dan masih ada banyak kesamaan di vocabnya...

sekian dari ini hanya sepengetahuan saya, jika ada perasaan kurang senang, dimohon jangan terlalu sensitiv dan emosi... makasih...

20 komentar:

  1. Sebagian kosakata di atas sama persis di daerahku.Hanya beberapa kata saja yang tidak ada.Konon penduduk di daerahku juga berasal dari Parakan dan sekitarnya yang terpaksa eksodus karena letusan gunung Sindoro pada masa lalu.

    BalasHapus
  2. Nyong yo wong Temanggung hehehe

    BalasHapus
  3. Bnyak bedanya sm kota magelang,padahal letaknya gak jauh2 bngt,perbedaan yg paling mencolok kalau di mgl pakai aku sedangkan di TMG pakai nyong

    BalasHapus
  4. lebih mirip bahasanya sama wonosobo kota mas, kalo wonosobo daerah gunung huruf Y di ganti Z. Misal di kota wonosobo De'e, di desa wonosobo Deke, dan setau saya di Banyumas Deke jadi rika dan Ko. jadi yang pakai De'e/deke ya temanggung dan Wonosobo. Umpatanya juga sama Sikak, belum jatuh Gigal, kalo temanggung Gigol. Jidor juga sama wonosobo.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Magelang gigal/gigol itu suatu benda yang jatuh, contoh : kiye gandhule wes gigal/gigol ( ini pepayanya dah jatuh)

      Hapus
    2. Di daerah Magelang kulon (Kaliangkrik, Kajoran, Windusari, Bandongan, Salaman) pake de'e, samang. Kalau daerah Secang dan Grabag pake de'e, koe, we, peyang

      Hapus
  5. Aku pingin kenalan sama arek Temanggung. Temanggung sing adem

    BalasHapus
  6. Nyg wong manggung, yange nyg wong Malang, kadang dewekne ora mudeng nyg omong opo. Tapi sue" yange nyg ketularan omongane wong manggung, tambahi "ha ha" nek omong😂

    BalasHapus
  7. Aku punya cowok orang Temanggung tp sering miss klo lg ngobrol...krn aku orang Kediri jd kdng ga ngerti bahasa dia

    BalasHapus
  8. Podo plekk aliar persis neng ndesone nyong padahal magelang, hanjuk piye nek ngene ki? 😂 opo wong ndesone nyong seko temanggung mbiyene yo?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jeh tunggale, Aku wong Secang me bedo sitik. Ha peyang wong ndi to?

      Hapus
  9. Wong Temanggung kui nek ngarani serupiah opo yo iseh Segelo..!?

    BalasHapus
  10. Ha topone nyg tk melu komen wah..inuk tenan..
    Ada yg bisa ngubah jadi bhsa indonesia??

    BalasHapus
  11. Kalau kebkon itu artinya apa, baru dapat. Terima kasih

    BalasHapus